3.12.09
#8 (smiley blue)
22:12 06/10/2008
aku membuka tirai dibalik pintu itu
melangkah perlahan sembari menatap sekeliling ruang
dingin
gelap
tetapi bingar oleh suara musik yang menggelegar
mencoba menghidupkan ruang
mencoba mengidupkan kepala-kepala manusia yang sedang termenung
murung menghadap ke lantai
memandang sepatu-sepatu mereka
memandang kaki-kaki mereka
aku duduk di sofa dan kembali memperhatikan gerik mereka.
cahaya datang!
tetapi tanpa bayangan,
sungguh aneh pikirku.
aku tidak familiar dengan cahaya itu, tetapi mereka mngenalnya dengan akrab
keluar senyum kecil di bibir mereka yang nyaris tak tertangkap oleh pandanganku.
baiklah, aku ikut dalam permainan.
permainan yang aku tak tahu cara menangnya
seperti menerobos labirin yang berliku.
sangat menantang, pikirku.
aku ingin mengetahui rahasia dibalik senyuman mereka.
kami membagi cahaya tak berbayang itu
dia tersenyum,
kamipun tersenyum
tubuhku bergetar
aku menelponnya
memperhatikannya
mencari perhatiannya
mendengar suaranya membuatku terangsang
menggema dalam otakku
kusingkirkan telfon itu
hei, ingat, aku jauh dari rumah.
"jagalah api dalam tungku yang kau bawa agar tidak padam."
keringat mengucur
mereka berputar-putar
membentuk formasi, berpegangan tangan
memintaku secara halus
menghanyutkanku,
17:14 09/10/2008
mereka kini otakku.
mereka memerintahkan indera motorikku
aku kacungmu.
perintahmu adalah keinginanku.
malam sepi yang hingar
nafas sesak tak berasap
pintu yang berwibawa, membiarkan siapapun masuk dan pergi
entah ingin menetap ataupun kembali
entah karena muak ataupun ingin lari dari mimpi
aku memperkenalkanku kembali pada mereka
dengan bantuan cahaya
"halo, ini aku.."
sial.mereka tidak peduli.
bagaimana caranya memperkenalkan diriku?
aku mengeluarkan bola-bola bara, lara, perih, senang, sedih dari perutku.
menjejerkannya di lantai kotak-kotak coklat
ada yang redup, mengeluarkan sedikit cahaya, berlendir..
"ini aku, teman."
aku tak peduli kalian mau bilang apa. tapi mengeluarkan mereka semua membuatku menjadi nyaman.
menjadi kosong untuk kalian isi kembali.
aku tak mengenal kalian. tapi aku bisa melihat. aku tetap menerima.
lampu-lampu yang biasanya indah tidak kuperdulikan,
walau bergerak,berminyak, memutar mencari perhatian kepada semua orang.
maaf ya.. aku mengerti perasaan mu, lampu.
tapi kini ku jauh lebih penting. aku sedang berdamai dengan diriku.
ketika aku mendekatiku
birahiku membara
aku mencari air! air yang sangat hangat.
agar baraku memadam,
dan asapnya memenuhi relung paru-paruku.
terhisap
masuk ke darahku
mensuplai kesemua jaringanku
membunuh otakku secara perlahan.
cumbuan itu..
mencoba meredamkannya.
bukan, bukan air ini yang bisa meredamkanku!
ini justru membuatku semakin terbakar.
ku mencari cari di tiap persimpangan
mencari cari di tiap pojokan
diatas sofa!
dibangku kosong!
di jendela-jendela yang tak bertirai
di tiap limpitan daging yang memerah
tidak ada. air yang hangat seperti dulu
yang terekam dalam-dalam dalam memoriku.
apakah aku pernah mengalaminya?
atau itu hanya halusinasiku saja.
kusemakin berang!
memeluk segala tiang-tiang yang kutemui
menyingkirkan segala benda padat yang kulalui
mencakar, berkoar,
dengarkan aku kawan.
dengarkan aku!
lenguhan panjang ku..
lenguhan diantara nafas-nafas pendekku.
aku pun terdiam
diam dari bahasa kalbu, bahasa ibu.
ibu..
ibu..
aku tak mau kembali padamu, jangan sekarang.
jangan tunggu aku, karena aku sedang berkelana.
menikmati setiap pijakan tanah yang kulalui
menyasarkan diri.
memang aku tersesat. aku tersesat karena mempunyai tujuan.
kalau tidak berjalan menuju tujuan, ya bagaimana bisa tersesat?
aku tak peduli aku menang atau kalah dalam permainan
tapi setidaknya aku berusaha melaluinya!
jalan ini masih membayang
ketujuan yang tidak terbayang.
sekarang aku duduk di kursi.
memandangi semua teman yang memandangiku.
berkomunikasi dengan mata.
berkontraksi dengan muka.
kutundukkan kepala menghadap lantai.
kupejamkan mata.
tergambarkan alas kaki mereka dalam pikiranku.
detail.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar