27.2.12

# 53

Informasi yang kuserap dari sesosok tubuh
Ketika dia terlelap
Membangun jembatan fana diantara bantal-bantal tak bertuan
Apakah aku benar membaca dia?
Bulir keringat mengalir di pelipisnya
Kegelisahan yang mengucur dari punggung basah

Aku harap dia akan selalu menjagaku.




Lt.10
dini hari

23.2.12

coba yg diinginkan dan dibutuhkan manusia dalam hidupnya hanya senyum






mungkin kita termasuk orang orang terkaya di dunia ini :)

# 52

Ular-ular
Kenapa kalian selalu datang
Tak peduli matahari meninggi atau laut pasang

Apa yang ingin disampaikan?
Ular hijau
Ular merah muda
Meliuk-liuk menghasutku dan mencoba melawanku

Tugasmu sudah selesai
Apa kau ingin mengambil kembali
buah khuldi yang terkandung di tubuhku?

# 51

Percayalah pada apa yang dikatakannya

"Tetapi dia sarat akan keraguan."

Tak apa, percayalah padanya

Jangan salahkan dia akan apa yang melintas dibenaknya

Sesungguhnya dia belum mengetahui apa yang kau ketahui

Titipkan saja pada semesta

Yang membuat dia meragukan keyakinannya


21.2.12

# 50

"Hush, kamu seperti orang yang rajin ke gereja saja."

Pesan singkat tersebut masuk ke inbox.
Sepertinya aku harus memikirkan kalimat ini beberapa saat untuk mengetahui maksudnya.
Apa mungkin perkataanku berlebihan pada surat yang kukirim sebelumnya, bu?

19.2.12

Alla

Waktu masih saja menjadi musuhku.
Dan 'kenapa' masih saja menjadi pertanyaan yang sering melontar dari bibir.

Alla,
inikah peta yang kauberikan melalui guratan telapak tangan?
Aku sudah mengikutinya,
apakah kau akan mencercaku ditempat kuberhenti sekarang?

Jangan yah.

20.2.12

17.2.12

# 49

Pesta pora.
Alkohol.
Aku dan (X) menyusuri ballroom.
Menaiki satu persatu tangga lingkar yang terdapat di pinggir ruang.
Di tiap jeda tangga terdapat meja-meja makan formal.
Ini memang pesta kaum atas.
Warna merah dan emas memenuhi pengelihatanku.
Kami terus melangkah keatas, menuju lantai ke 4 atau ke 5 sambil terus menegak minuman.
Semua berbayang.


Kali ini aku bersama (Y) berada di sebuah lapangan besar suatu asrama.
Bagi yang sudah lelah berpesta dipersilahkan untuk masuk ke kamarnya masing-masing.
Didepanku ada sebuah asrama dengan penjagaan yang ketat.
Asrama untuk anak baik-baik.
Mereka menjaganya dengan membentuk barisan seperti hendak upacara.
Semuanya lelaki,berjubah, berkulit abu-abu, dan berjanggut.
Kami memutari asrama itu, melewati jalan belakang.
Seorang penjaganya yang sedang beristirahat menyapa kami yang sudah hampir tak sadar dan bau alkohol.
"Asalamualaikum", katanya
Sontak aku dan (Y) yang notabene tidak familiar dengan sapaan tersebut langsung menjawab sambil tersenyum
"Walaikumsalam."


Aku dan (X) berada di lapangan luas dan ramai
Tetapi pandanganku sudah sangat blur, berbayang dan mengembun
Seingatku dia tidak semabuk aku.
Raut wajahnya menunjukkan kalau dia tidak nyaman.
Aku mengajaknya berputar-putar dengan tempo cepat,
membuat tubuhku seakan terbang dan rambutku diterpa angin yang melintang
Terus berputar cepat, tertawa dan gambarku semakin tak fokus.
(X) mengabadikanku dengan kameranya.

Entah selang beberapa lama
aku melihat jepretan foto tersebut
Ada satu foto yang membuatku terdiam:
Aku tergantung terbalik pada sebuah pohon yang tak berdaun.
Kaki yang terikat rapat oleh tali tambang.
Telanjang.
Dua lelaki muda diposisi kemaluan.
Dan dua sisanya dikakiku di atas pohon.

Kapan kau foto ini?
Aku tidak merasa pernah mengalami.
Ya, tetapi itu kamu.
Aku tidak ingat, aku tidak merasa ada yang aneh pada tubuhku.
Terang saja, kamu mabuk.
Sampai sejauh mana lelaki-lelaki muda itu?
Aku mulai ketakutan.
Sampai sejauh ketakutanmu.
Apakah dimasukkan?
Ya, masuk.
Kenapa kau tidak menghentikannya?
Kenapa kau diam saja?
Siapa mereka?
Maaf aku tidak bisa, aku pun ketakutan.
Mereka bukan manusia.
Lalu apakah aku berdarah?
Ya, aku melihat darahmu.

Keparat.
Apa yang telah aku lakukan?
Aku merasa tidak melakukan apa-apa, tetapi apa-apa terjadi padaku.
Dengan amarah aku menuliskan ini di arsipku:
F*ck you 2012


1.2.12

RUMUS

Konon, rumus untuk mempertahankan pertemanan adalah:

(teman (dibagi) perhatian (dikali) ketulusan)

Mudah sekali bukan?
Teorinya.
Tetapi untuk saya hal tersebut agaknya menyulitkan.
Untuk tipe bajing loncat yang kesana kemari tidak terdeteksi kehadirannya,
kerap membuat saya ketinggalan jauh untuk membuat ikatan.
Sehingga akan selalu terasa seperti ada jarak tembus pandang antara saya dan teman.
Tapi mungkin saja rumus tersebut terlalu tinggi untuk saya.
Sepertinya saya harus memulai dengan hitungan:

(saya (membagi) pikiran saya (dikali) keterbukaan hati saya)