9.4.10

1.

Aku selalu tertawa mendengar ceritamu
Terutama pada tekanan suaramu ketika berkata
'dulu kita kan tidak saling kenal'

Kali ini kau sengaja membisikannya lagi, melanjutkan kisahnya.
Tidak hanya padaku,
Tetapi juga pada pelukan yang menyelimuti kita.
Pada sinaran yang masuk dari jendela satu-satunya.
Pada semesta di dinding kamar.

2.

'Tapi kini kau menemukanku.'

Ya, kini, bukan kemarin. Entah besok.
Sementara sebentar lagi matahari akan terbit.
Aku tak tahu kemana lagi angin akan membawamu.
Seperti serbuk sari yang menari.
Apakah kamu bahagia ketika melihatku dari ketinggian?


3.

Aku berkaca pada matamu.
Tidak terlihat ada kita.
Tapi aku yakin kamu ada.

Aku memberanikan diri menyapamu untuk yang pertama kali,
'Tahukah kau setahun lagi kau akan bersamaku ?'

7.4.10

koordinat

Banyak hal, entah itu mimpi, ketika diambang sadar-nirsadar ataupun ketika menutup mata untuk mengistirahatkan diri, munculah peran-peran berwajah asing berwajah barat berwajah tak kukenal, segerombolan wanita tua memakai baju model kuno, ataupun sekurang-kurangnya munculah lagu-lagu rakyat barat entah inggris, entah itali yang dialunkan dengan tempo cepat menggunakan akordeon atau mungkin sejenisnya.
Apa mimpi dan kawan-kawannya juga menggunakan perhitungan tempat perhitungan keberadaan perhitungan koordinat dari wilayah dimana aku berada dan sekitarnya? Entah, mungkin imajinasiku saja karena saat ini matahari akan muncul dan aku masih terjaga.

Aku ingin menyuguhkanmu satu rahasia yang cukup penting:

Bahwa tidak ada kebenaran (yang sebenar-benarnya) yang bisa terucap (atau diungkapkan) di dunia ini (dari mulutku)!

2.4.10

"Apa yang kau kehendaki dari hujan?"
Entah tentangmu. Entah tentangnya. Aku tidak peduli.


Aku mengingat laluku.
Hujan, luapan air sungai, awan yang layu.
Langit sembilu jam setengah 6 pagi.
Kuhirup dalam dalam bau tanah yang naik setinggiku.

Aku lebih bersemangat jika sekolah ketika hujan. Atau sehabis hujan. Aku rela melepaskan matahari setengah matang demi deburan air yang turun dari awan.
Lalu berlarian didalamnya. Dipantauannya. Membiarkan tubuhku terawang dengan jujurnya.

Malam ini, ditempat yang asing.
Aku tetap mengharapkan hujan.
Karena sehabisnya, bunga-bunga merah muda yang masif dan daun berwarna putih seperti sakura yang memenuhi taman akan tumbuh.
Menyambutku. Menyambutmu.
Menyambut pertemuan kita.

hangat

Air mataku menetes
Bukan, bukan karena ada yang menyakitiku
Atau jarum yang menusuk dagingku

Air mataku menetes karena..
Tangan hangat yang kau titipkan di telingaku.


2.4.2010
Cheviot Gardens

Peta untuk Han

Mataku terdiam
Dan aku entah dimana

Yang kutahu dan kupercaya
Bahwa kudengar denting lonceng jam.
Entah dari perempatan, entah yang lekat di tangan.

Aku tidak tahu aku dimana, Han.
Tapi aku tahu dimana kamu akan menemukanku.
Ya,kamu akan menemukanku.


2.4.2010
Cheviot Gardens

yang muda yang berkuasa

Bocah bocah itu berteriak dengan lantang
Menyerukan umur mereka yang masih panjang

Aku.
Hanya bergumam menyelamati mereka dari balik sekat kayu.
Tanpa suara.
Tanpa tenaga.
Tersenyum seperti menonton komedi yang tidak lucu.

Menghitung mundur waktu
Sembari mengatur bangku dan taplak yang ada di meja biru.



2.4.2010
Cheviot Gardens

'Apa yang kamu butuhkan?'

'Apa yang kamu butuhkan?'
Kataku sambil mengerutkan dahi
Kamu diam
Aku bisa melihat pantulan diriku dimatamu
Yang semakin lama semakin keruh

'Tidak tahu.'
Tapi yang kutahu saat ini aku butuh tidur.

2.4.2010
Cheviot Gardens