24.2.10

Teman

Jika aku memperhatikanmu, pasti kamu sedang kesana-kemari
Melompat, mengganggu makan siangku, bermain gitar,bernyanyi di lapangan
Sepertinya hidupmu sangat menyenangkan. Karena sering kulihat kamu dikelilingi orang.

Aku masih mengamatimu. Sambil bersantai di bawah pohon di lapangan miring. Mengunyah jajanan yang kubeli di depan gerbang. Hingga pada suatu puncak, kamu bilang padaku jika kamu kesepian dan tidak punya satu pun teman. Hhh, bohong timpalku.

Apa yang kamu harapkan dari seorang teman? tanyamu.
Apa yang membedakan aku dengan teman-temanmu yang lain? tanyamu.
Apakah aku itu temanmu?

Kuberi jawaban sekenanya saja. Aku tidak terlalu menganggap serius pertanyaanmu. Mungkin karena aku sedang tidak melankolis ataupun merasa kesepian.
Tetapi sepanjang malam ini ternyata bukan kamu saja yang menanyakan hal itu kepadaku.

Beberapa. Ya, beberapa orang yang kutemui malam ini mempunyai keresahan yang sama.
Merasa kesepian. Dan mungkin ingin diperhatikan.

'Dia datang jika ada perlu. Apakah itu yang disebut teman?'
'Dia tidak rela ketika orang terdekatnya menikah. Apakah itu yang disebut teman?'
'Dia menyalip gadis yang ku incar. Apakah masih bisa disebut teman?'

Hmm..aku cuma menghela nafas.
Aku tidak tahu, jawabku.
Mungkin kita pun tidak bisa dianggap teman. Karena aku pun sering membicarakanmu dibelakang. Akupun mengingat-ngingat dan menghitung orang yang kuanggap teman dengan jari. Hmm.. siapa ya temanku?
Siapa ya orang yang menganggapku temannya?

22.2.10

#27

aku benci pada semut-semut yang menggerayangi cuping telingaku

21.2.10

Perjalanan di pertemuan

suara hening adzan kota
hamparan permadani berwarna merah yang disekelilingnya lilin2 merah menyala temaram, hadirkan suasana yang syahdu
benarkah apa yang dikatakannya jika matahari telah membunuh bunga liar di keningku?
kotak dari perunggu, cawan-cawan dari perak dan aroma bunga mewangi, cairkan kekakuan wajahmu...
menyusuri peta yang terangkai pada tembok bata di bibirmu
almari disudut tersimpan memori...
hey, aku disini. menciumi hujan di tengkukmu.
Kepada embun di arai-arai, air terjun di tebing mengalir sampai kelembah yang airnya menumbuhkan kehidupan, dan burung elang yang pulang ke peraduannya saat senja berwarna lembayung...
seperti khafilah yang datang di hari jum'at
entah sudah berapa kata yang dikemas dalam buku-buku tebal
kujalin satu persatu titik-titik merah dengan kapur dan potongan roti. berharap ini akan membawaku ke tepi laut
ketika tanganku membeku dan ucapku membisu, kau hadirkan sepasang mata yang mencairkan es di kutub hatiku
hingga gelap pada pejaman matapun dapat kudengar
kumpulan burung-burung merpati yang selalu mengikuti setiap langkah
mendekatimu dengan bantuan cahaya dalam 120 malam kenihilan kita
sampai kelelahan berjalan dan tidak tahu akan pergi
menjahit garis tangan di gang dan jalanan yang akan terlewatkan
han
kamu pun tersenyum
angin, daun cemara, tunas pohon, bunga, menjangan yang tanduknya bercabang, atau sepasang kura yang setiap hari kau beri makan dengan potongan daun talas, aku rindu tangan lembutmu yang menyibakkan dedaunan hatiku dan tawarkan peluh rinduku
lega.
dalam ribuan doa di aula-aula suci para pemuja keagunganMU...amin

13.30, kasongan-bandung pada dimensi ketiga, tanggal 21-02-10

18.2.10

#26

i cant see you clearly from now

16.2.10

#25

sshhh...
pikiranmu sedang kotor.

10.2.10

dia menua.
dan aku sama saja.

1.2.10

tersesat

Aku sesat?
Aku tersesat?
Ini karena aku sedang berjalan. bergerak. berlari. pergi. mencari.


Bukan sepertimu yang hanya berdiam diri ditempat.
Ketakutan akan sesuatu yang belum kau hadapi.