31.1.10

#24

karena kamu telah mengambil apa yang menjadi hak sang waktu.
apakah kita merampas sesuatu yang menjadi kebaikannya?
mempercepat, memperlambat, memindahkan, menukar, menggeser tabel-tabel yang sudah tersedia.
tetapi bagaimanapun kita merupakan tintanya
yang menulis, mengikrar, mengukir, memilih.
lalu, apa lagi yang harusnya kutakutkan?

28.1.10

28jan2010

mimpi ronde satu,
penglihatanku kurang jelas dan kurang tajam. warna dasarnya putih.tapi setelah diperhatikan lagi, ternyata yang kulihat adalah sosok lelaki seumuranku. tampak belakang. tidak kurus tapi tidak begitu tambun. dia sedang jongkok dan terlihat kaki perempuan yang terkulai disitu. aku tidak dapat menangkap gambaran yang lainnya karna dia berada di pojok kanan atas layar mimpiku. tapi yang kupahami, sang lelaki sedang berusaha mengubur menimbun perempuan itu, yang mungkin telah menjadi mayit. kematian yang tidak wajar. mungkin disebabkan lelaki itu. -dan aku langsung terbangun-

mimpi ronde dua,
aku berada di satu rumah tua yang besar. lantai atas. tembok semen berwarna putih kotor termakan usia. kuperhatikan cairan hitam seencer tinta cina ditanganku. kuyakini cairan itu keluar dari mulutku.

aku berciuman dengan seorang lelaki, lalu sontak kami terbatuk dan memuncratkan cairan hitam dari mulut. pahit sekali rasanya. aku lari ke dapur. ada sekitar 6 orang disana. mereka juga terbatuk dan memuncratkan cairan hitam. seperti keracunan sesuatu. tubuh nenek gemuk yang tergeletak di wastafel juga menghitam. Air keran tercampur warna hitam. keracunan apa ini? apa yang terjadi dengan udara, air, rumah ini? semua seperti beracun. pahit dan terbatuk parah.aku panik, semua panik, kecuali 1 orang. kamu. kamu yang sedang duduk di kursi memalingkan wajah ke arahku.aku melihatmu yang berumur 40an. kacamata berbingkai coklat muda. rambutmu terlihat agak panjang dari biasanya, disisir rapih kebelakang. kamu tidak terbatuk, tapi diwajahmu terdapat cipratan cairah hitam itu. yang berasal dari dalam kulitmu. menghitam.kondisiku mulai melemah, tapi aku tetap berjalan menuju pintu dapur, mataku tetap menyisir ruangan sambil meladeni diriku yang mengeluarkan banyak pertanyaan: apa yang terjadi? apakah hanya dirumah ini, atau di luar sana orang-orang juga sedang sekarat? lalu aku menyadari bahwa inilah saatnya. sebentar lagi kami serentak akan dipanggil. mati. dan aku dalam kondisi yang pasrah. terjadilah jika harus. -dan aku langsung terbangun-

27.1.10

terlalu cepat, terlalu pepat

21.1.10

'han

aku suka ketika kamu melantunkan doa
dari beratus mil jaraknya
terus..terus..
hingga ku pergi..

18.1.10

WHATEVER YOU CAN GET. URGENT, ISN'T IT?

big fat laugh (and tears from my deepest heart) for you
but i'm sure you will find what you are looking for
because you need whatever thing(s) right now.
find some object(s)
immediately

i know you need whatever you can get for escape

15.1.10

# 24





Selamat pagi, malam!
Kini telah saatnya kamu mengajakku berbaur dengan cahaya

13.1.10

srelf protrait




12.1.10

9.1.10

#23


Kami, maka sepasang. Terekat oleh keyakinan yang entah apa.

7.1.10

Zan,,


Jangan katakan padaku, Tuhan
bahwa sore ini aku bersalah
terhadap lelaki bertubuh kurus yang saat ini sedang menunggu di ruang tamu.

Kemeja lengan panjang biru,celana bahan hitam, rambut berbalur minyak, disisir belah pinggir. Dengan kaku dia duduk di kursi kayu itu sambil menggenggam erat tas hitamnya. Tatapan matanya menunjukan kecanggungan. Gesturnya memperagakan ketidakpercayaan diri.

'Siapa dia?'
Aku mengintipnya dari balik dinding sambil bertanya pada penjaga rumah. Dengan segera dia menjawabku sambil berlalu untuk mengambilkan minuman.
'Ya ampun. Lelaki itu.' Terakhir kali aku bertemu ketika dia masih sekolah dasar. Selanjutnya aku hanya mendengar sayup-sayup keberadaannya dari ibunya. Seingatku dia disekolahkan di pesantren Gontor hingga lulus, lalu menyeberang pulau untuk mengajar selama beberapa tahun.

Kami terpaut 6 tahun, seingatku. Aku lebih tua darinya.
Dulu dia anak lelaki yang suka tersenyum jahil, berpipi gembul dan berambut jabrik. Dia sering diajak ikut serta oleh ibunya ke rumahku ketika pelajaran mengaji.
Betul, ibunya adalah guru mengajiku. Aku senang jika ibu guru membawa serta anak-anaknya; lelaki itu dan adik perempuannya. Biasanya pelajaran mengaji jadi lebih cepat selesai dikarenakan aku selalu mentertawai kelakuan anak-anak itu.Konsentrasi pun buyar.

Sore ini, aku masih mengintipnya dari balik tembok.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Segerak gerikpun.
Belakangan baru kuketahui kalau ibu guruku terkena stroke dan mengamanatkan lelaki itu untuk menggantikan dirinya. Mungkin untuk sementara, mungkin juga untuk seterusnya.
'Duh.'
Suasana ini menjadi tidak mengenakan bagiku. Dan akupun bisa menebak bahwa ini juga tidak mengenakan baginya.
Kami tidak pernah bertemu lagi lebih dari 10 tahun yang lalu. Lalu anak kecil yang dulu sering kugodai karena gigi ompongnya sekarang sudah beralih peran menjadi pria dewasa yang akan mengajariku mengaji?
Canggung sekali!
Rasanya tidak tega jika aku tidak menunjukan keberadaanku sekarang, tetapi tubuhku beraksi lain. Tubuhku bergerak mundur pelan-pelan, mengendap masuk.
Entah kenapa aku tidak berani menemuinya, mengunci diriku di dalam kamar.
Hingga malamnya aku keluar dan memandangi kursi dimana tadi dia duduk.
Dia sudah pergi. Entah perasaan semacam apa yang dibawanya dari rumah ini.

Maafkan aku.
Zan maupun Han.


9.1.10

3.1.10

Rumput tetangga memang sangat hijau dari sini




perempuan itu begitu dewasa.
begitu cerdas. begitu terstruktur. begitu keibuan. begitu.. menarik.
tentu saja, daripadaku.

bagaimana mungkin kalian tidak tertarik? sedangkan aku saja sangat mengaguminya diam-diam. kapan ya aku bisa mencapai tingkatan dimana perempuan itu berada? terkadang aku ingin menyadarkan diri, 'hey, lagi-lagi kamu tidak bersyukur dengan apa yang ada pada dirimu sekarang. hargai juga dong proses yang sudah kamu lalui. kamu adalah kamu karena tidak seperti dia.'

tapi tetap saja. dia begitu menarik. walau aku tidak terlalu mengenalnya. bahkan tidak pernah bertegur sapa. aku memperhatikannya lewat tulisan dan pemikirannya yang terpampang di dunia maya. hmm. mungkin bisa saja responku terlalu berlebihan menangapinya, tapi ini cukup memotifasiku untuk berproses lebih matang lagi.

saat ini ada satu PR untukku. Pr yang berkepanjangan dan sudah lama tidak dapat kutaklukan. Yaitu, sadar.

2.1.10

#22

STOP AH.

#21



Aku memincingkan mata, berusaha mengenali jaket kulit orang didepan saya. Dia sedang menelpon, aku tetap berusaha mengingat-ingat hingga akhirnya dia membalikkan badannya sehingga terlihatlah wajah itu. Kami bertatapan.
Dia.

Eh?
Kemana saja?
Disini terus..
Belanja untuk siapa?
Untuk anak. Kamu lagi beli pesanannya siapa?
Teman. Kenapa tidak pernah kembali lagi?
hmmm..Karena tidak ada yang mengundang.


Dia terburu-buru.
Mengucapkan selamat tinggal dengan menaruh tanganku ke keningnya.


2.1.10

Alhamdulillah

hmmm..
(sambil tersenyum2)
maklum, kata seseorang saya pengangguran. dan memang terbukti karna saya rajin banget liat status2 baru di facebook.
ada dua teman saya yang menikah dengan pasangannya di hari yang bersamaan. hingga saya nulis tulisan ini, berarti umur pernikahannya kira2 2 mingguan. entah kenapa, atau memang enggak kenapa-napa, para suami daripada teman2 saya ini statusnya sering: "Alhamdulillah."

(Terus kenapa sih Dit?)
Ya ngga napa2, saya cuma mau nulis aja kok. Sambil senyum.

2.1.10

Kamu yang lalu, ada disini bersamaku

Sekarang ini hari apa sih sebenarnya!
Kok masa lalu yang beragam itu sering menunjukan batang hidungnya..
Sudah 3 jenis bayangan muncul dan berhasil mengambil oksigenku karena.. entah? karena tiba-tiba muncul rasa kehilangan. Rasanya seperti perjalanan panjang yang sudah terlewati muncul menjadi satu, dalam hitungan detik. Badanku langsung lemas. Lelah.
Senang, sedih, sepi semua bercampur.
Sekarang aku hanya bisa mencari-cari kursi untuk menenangkan diri, mengambil nafas yang super panjang dan.. bersyukur.
Ternyata orang-orang ini berhasil meninggalkan jejak pada ingatan dan perasaanku.
Yang mungkin pada masa itu terasa biasa-biasa saja. Tetapi sekarang, aku baru sadar ketika mereka sudah bukan pada jangkauanku lagi. Terimakasih Tuhan, aku dipertemukan dengan mereka pada sebuah titik, lalu kami semua kembali melanjutkan tujuannya masing-masing. Berpencar.




2 januari 2010