Kamar gelap, seperti kamar hotel yg kutempati
Temperatur sangat rendah
Aku demam dingin
Aku bangun dari kasur dan setting ruang seperti Cidodol teras belakang.
Ada mbak Lia dengan bahasa Inggrisnya yang fasih. Dia menginap di rumahku.
Kursi2 meja makan pakai sarung yg berwarna kuning kehijauan cerah, seperti nuansa Hawaii.
Ada ayahku yg sedang memberitahu tata cara memakai kolam renang kami kepada anak-anak mbak Marni yg berjumlah 3 org, mereka tidak memperhatikan ayah sama sekali. Sepertinya mereka bukan anak yg cerdas. Salah satunya anak laki berbadan besar seperti Sontol di film jin, dengan dada yg jatuh, dan rambut agak mengerucut kanan kiri.
Aku lupa, apa aku kembali ke kamar lagi atau tidak.
Lalu aku berada di dapur.
Ayahku terasa berada di dekat ruanganku dan menuju ke atas.
Lalu kakiku mulai mengambang. Telapak kakiku mengambang sekitar 1 cm dr tanah. Aku lemas, karena seperti yg kubilang, aku demam dingin.
Perlahan tubuhku mengambang ke langit2 dapur, seperti balon gas. Gerakan yg lembut dan pelan. Lalu tubuhku terdampar di ujung dapur, dekat pintu menuju garasi.
Papa... Papa... Papa...
Aku memanggil-manggil papa yg kuyakini belum jauh dr ruangku berada dengan suara lemas namun berusaha untuk keras.
Tapi ayahku yg kurus dan pendiam itu tidak dengar.
Perlahan tubuhku turun ke lantai. Dan dibelakangku ada Suster Ani yang diam karna kaget.
Aku bilang aku bukan setan.
Badanku kehilangan gravitasi. Aku bukan setan.
Lalu diruang tengah, ada ayahku. Pria jepang, tirus,kurus, seperti tidak bahagia, memakai kemeja orange tua bermotif limas2, dan celana coklat. Kemejanya dimasukkan dengan rapih.
Papa.. Aku sakit.
Aku kehilangan gravitasi.
Kataku dengan lemas karna aku seperti tidak berdaya lagi.
Ayahku memeluku. Lalu dia melepaskanku perlahan untuk memastikan apakah benar aku kehilangan gravitasi. Lalu kakiku mulai mengambang sedikit. Dan bergerak perlahan ke langit2 ruang. Seperti balon udara manusia. Ayahku kembali menarikku dan memeluku dengan erat, tanpa berkata apa-apa. Pria jepang yang sangat tegar. Aku menangis lemas. Sambil terus mengelus2 rambutku, seperti berusaha mengatakan kalau semua akan baik2 saja dan dia akan selalu menemaniku. Lalu aku sepertinya bilang kalau aku sangat sayang ayah, tapi aku lupa bagian ini. Yg aku tau aku mengungkapkan semua perasaan sayangku pada ayah yang tidak pernah kukatakan. Dalam hati, aku rela melepaskan mimpiku untuk ke Eropa, untuk disini saja. Yang aku yakini, ayahku pasti akan berusaha menyembuhkanku dari anti gravitasi ini.
Aku menangis seperti bayi sambil dipeluk ayah.
Lalu aku bangun dari tempat tidurku,
Sepertinya aku baik2 saja, tidak sakit.
Lalu aku menuju dapur versi jepang. Disana ada temen ayahku sedang di meja makan dekat washing machine sebelah kanan tembok.
Ayahku sedang mengambil piring di lemari atas. Lalu aku peluk dia dari belakang. Aku bilang aku sayang, dan aku mimpi aku anti gravitasi. Apakah kau ingat? Baju ayah saja sama seperti yang ada di mimpiku. Orens tua bermotif. Sama persis.
Lalu dia bilang, 'Apa maksudmu?' dengan nada ketus dan cuek tanpa sedikitpun melihat mukaku.
'Ah, tidak apa-apa.'
Aku tak peduli. Sambil terus memeluk dr belakang.
Lalu seperti di film, ada tulisan:
Bagaimanapun, walaupun dia diam, ayah adalah ayah
Dikasih uang 100.000
Kita akan memakai untuk laundri dan sebagainya
Jika sisa masih panjang,
Kita akan memakainya untuk jajan
24 Mei 2011
Mimpi yang menyedihkan ketika di GoldCoast, Oz
Bangun dengan air mata
22.6.11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar