Auratmu berceceran
di lantai, di baju, di depan mimbar, di mulut hitam
Emas tanpa karat kau sebar ke kecipuk ikan yang kelaparan
Angkat tanganmu
Rasakan angin dan basah ludah di tubuhmu
Hisap kembali lendir-lendir yang kau tanam.
Mbak, mbak,
Auratmu..
Berceceran tuh.
25.10.11
24.10.11
Seharusnya aku seperti itu
Kalau saja aku bisa merebut jabatan dari sang ketua
Menjarah kertas dan pena dari pria beristri
Memupurkan bedak setebal si magnet
Membuat boneka-boneka bergerak seperti ahli listrik
Membunyikan suara indah seperti sore di surau
Menggabungkannya menjadi satu
Menjadi manusia yang sempurna
Seperti yang raja bilang padaku
Bahwa seharusnya seseorang seperti itu.
Menjarah kertas dan pena dari pria beristri
Memupurkan bedak setebal si magnet
Membuat boneka-boneka bergerak seperti ahli listrik
Membunyikan suara indah seperti sore di surau
Menggabungkannya menjadi satu
Menjadi manusia yang sempurna
Seperti yang raja bilang padaku
Bahwa seharusnya seseorang seperti itu.
Tersinggung seiring pecahan piring
Ada seorang ibu yang tidak pernah menikah
Tidak pernah punya anak
Tidak pernah hamil
Tidak pernah dicium
Tidak pernah dipeluk
Tidak pernah keluar dapur.
Harinya hanya sebesar 3x3 meter
Kepulan asap terlihat dari matanya
Api dari kompor itulah yang menghangatkan
Dan lemari es kosong yang menyejukan
Temanmu adalah suara pecahan piring yang tergelincir
Panci yang kau banting
Suara panggangan yang tersendat
Bulir nasi kering yang rontok dari cidukannya
Tidak pernah punya anak
Tidak pernah hamil
Tidak pernah dicium
Tidak pernah dipeluk
Tidak pernah keluar dapur.
Harinya hanya sebesar 3x3 meter
Kepulan asap terlihat dari matanya
Api dari kompor itulah yang menghangatkan
Dan lemari es kosong yang menyejukan
Temanmu adalah suara pecahan piring yang tergelincir
Panci yang kau banting
Suara panggangan yang tersendat
Bulir nasi kering yang rontok dari cidukannya
Langganan:
Postingan (Atom)