26.7.10
24.7.10
semangkuk pasir di tangan
kamu bangunkan aku dari tidur
menyambungkan alisku dengan pinsil-pinsil hitam
selimut sudah menerjang lantai
tidak ada yang berlebihan hari ini..
sederhana seperti endusan pada tanah basah yang sangat gembur
gelas yang kutaruh semalam masih pada tempatnya
mengambang semut hitam yang padam
rahimku menginginkan pantai
pantai dimana hanya ada kita dan seorang pemancing muda yang sabar
yang mengembara sehabis bermain tenis di kampung seberang
iris mataku dipenuhi persegi transparan ketika melihat ombak-ombak horison
sementara kamu sibuk mengejar yuyu yang mengais rumahnya
mobil tua dan bunga kering yang tergantung di spion dalam diam menanti tuannya
sembari ikut menikmati embun yang jatuh dari pohon kaca
pagi yang sangat hangat pada lintasan nol derajat celcius
pagi yang hanya tercipta dari garis merah tanganmu
'selamat pagi, han..'
menyambungkan alisku dengan pinsil-pinsil hitam
selimut sudah menerjang lantai
tidak ada yang berlebihan hari ini..
sederhana seperti endusan pada tanah basah yang sangat gembur
gelas yang kutaruh semalam masih pada tempatnya
mengambang semut hitam yang padam
rahimku menginginkan pantai
pantai dimana hanya ada kita dan seorang pemancing muda yang sabar
yang mengembara sehabis bermain tenis di kampung seberang
iris mataku dipenuhi persegi transparan ketika melihat ombak-ombak horison
sementara kamu sibuk mengejar yuyu yang mengais rumahnya
mobil tua dan bunga kering yang tergantung di spion dalam diam menanti tuannya
sembari ikut menikmati embun yang jatuh dari pohon kaca
pagi yang sangat hangat pada lintasan nol derajat celcius
pagi yang hanya tercipta dari garis merah tanganmu
'selamat pagi, han..'
7.7.10
Sesak dengan Ketiadaan
Seseorang yang kukenal, tidak mempunyai impian.
Tidak bisa bermimpi. Dan hanya menjawab jalani saja yang ada.
Aku meninggalkannya karena itu. Aku meninggalkannya karena dia tidak bisa membual. Tidak bisa memuaskanku dengan kata-kata yang ingin aku dengar.
Dia adalah rumah yang penuh sesak dengan ketiadaan. Hingga dia tidak mau menambahkan dirinya dengan omong kosong tentang impian harapan dan perandaian.
Dia adalah rumah yang penuh sesak dengan ketidakpercayaan. Hingga dia berhati-hati agar tidak terluka terlalu dalam dengan nafas-nafas imaji yang nihil.
Dia adalah rumah yang sempat kutinggali dan sekarang kutinggalkan. Aku meninggalkannya secara mendadak dan berlari dengan mimpi-mimpiku.
Mimpi yang menculikku darinya.
.....
Sekarang aku tahu kenapa dia tidak bisa bermimpi.
Karena mimpilah yang merebut segalanya dari tangannya.
Mengkosongkan rumahnya.
Tidak bisa bermimpi. Dan hanya menjawab jalani saja yang ada.
Aku meninggalkannya karena itu. Aku meninggalkannya karena dia tidak bisa membual. Tidak bisa memuaskanku dengan kata-kata yang ingin aku dengar.
Dia adalah rumah yang penuh sesak dengan ketiadaan. Hingga dia tidak mau menambahkan dirinya dengan omong kosong tentang impian harapan dan perandaian.
Dia adalah rumah yang penuh sesak dengan ketidakpercayaan. Hingga dia berhati-hati agar tidak terluka terlalu dalam dengan nafas-nafas imaji yang nihil.
Dia adalah rumah yang sempat kutinggali dan sekarang kutinggalkan. Aku meninggalkannya secara mendadak dan berlari dengan mimpi-mimpiku.
Mimpi yang menculikku darinya.
.....
Sekarang aku tahu kenapa dia tidak bisa bermimpi.
Karena mimpilah yang merebut segalanya dari tangannya.
Mengkosongkan rumahnya.
6.7.10
welcome everybody
Kondisi rumah yang paling terbuka bagi siapapun adalah ketika penghuninya berpulang.
6.7.10
Teras A.T Mahmud
6.7.10
Teras A.T Mahmud
Langganan:
Postingan (Atom)