Wah, kamu dibelikan rumah ya sama ibumu.
Rumah tua yang apik sepertinya. Aku langsung kerasa ketika kamu menunjukan dua foto kepadaku. Yang pertama foto jendela dari dalam rumah. Teralisnya berbentuk wajik dari besi putih. Cahaya matahari pagi yang terang namun tidak menyilaukan membangun suasana yang hangat. Yang kedua adalah foto ubin kuno. Berwarna oker dengan motif coklat.
Walaupun menurut pendapatku kamu kurang cocok dengan nuansa rumah seperti itu, tapi aku melihat kamu sangat senang. Jadi ya tak ada masalah.
Aku berada dirumah itu, disuatu ruang bersama kamu dan 4 orang saudaramu.
Di sebelah kiri, ada sebuah tempat cuci piring, disanalah aku berada selama itu. Mencuci piring sambil menguping, memperhatikan dan bergumam dalam hati. Aku mengamati wajah-wajah saudaramu sambil menebak yang mana kakak lelakimu, yang mana yang bukan. Awal-awalnya tebakanku salah, tapi akhirnya aku menemukannya. Salah satu saudara yang lain agak kurus,terdapat codet seperti bekas luka di pipinya. Peringainya agak galak sepertinya. Ibumu sesekali datang dan menghampiriku. Dia baik dan hangat yah. Aku dibuat nyaman dirumahmu. Lalu aku mulai mencari-cari, yang mana ya adik perempuanmu. Harusnya dia sudah besar sekarang. Aku mengingat-ingat lagi sambil tetap mencuci. Hmm bukannya dia hanya dua bersaudara yah, bukan tiga. Oh iya berdua, bagaimana bisa aku sampai lupa.
Hei,
terimakasih ya kamu mau mengundangku kerumahmu.
Entah sengaja atau tidak sengaja kau membukakan pintu untuk dapat mengenalmu malam itu.
Semoga aku bisa datang lagi suatu hari.
28.3.12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar