Aku memelukmu lagi hingga kudengar detak jantungku didadamu.
Kubur peta, kompas dan jala yang telah usang. Bibit itulah yang akan tumbuh menjadi beringin raksasa yang teduh ketika matahari meninggi. Dan membuat sesak ketika malam karena akar gantungnya memenuhi paru.
Aku disini, katamu pada mataku. Kita saling mencari hingga terperangkap pada sebuah negeri usang dan kembali rel-rel panjang itulah yang menyambungkan benua. Bukan perahu ternyata.. Tidak ada perahu, ombak, ataupun dermaga. Justru merekalah yang memisahkan waktu. Lalu dibawah teduh besi-besi patri dan kaca, kita berpapasan pada sebuah tangga. Lalu tertawa. Tertawa yang sangat nyata. Tidak lagi aksara.
1.6.10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar